TransSulteng - PARIGI MOUTONG – Suasana penuh khidmat dan kekayaan tradisi menyelimuti kediaman Bupati di Desa Mepanga, Kecamatan Mepanga, saat Bupati Hi. Erwin Burase dan Wakil Bupati Abdul Sahid secara resmi disambut melalui prosesi adat Olongian Tialo.
Prosesi diawali dengan pemasangan "Siga", ikat kepala tradisional khas Sulawesi Tengah, yang melambangkan keteguhan hati dan kewibawaan seorang pemimpin. Keduanya kemudian diarak menggunakan usungan kursi bambu kuning, simbol penghormatan masyarakat, diiringi tarian Cakalele yang menampilkan semangat kepahlawanan.
Pada inti acara, Bupati dan Wakil Bupati menapaki tangga lanjara, struktur adat dari bambu kuning yang penuh simbolisme kemakmuran, kejujuran (pohon pinang), kekuatan (kepala buaya), dan nilai manfaat (pohon pisang) yang harus ditinggalkan pemimpin. Prosesi dilanjutkan dengan doa spiritual dan ditutup dengan penghamburan beras kuning serta penginjakan simbol-simbol sakral dalam nampan Sinaguri, masing-masing memiliki makna mendalam seperti keteguhan hati, kesabaran, perlindungan, dan prinsip kokoh.
Peran Strategis Adat dalam Pembangunan
Dalam sambutannya, Bupati Erwin Burase menyampaikan apresiasi dan rasa haru atas penyambutan yang kaya nilai budaya ini. "Adat dan budaya adalah identitas sekaligus kekuatan masyarakat. Tanpa menjaga akar budaya, maka pembangunan akan kehilangan jiwanya," ujarnya, menegaskan pentingnya mempertahankan warisan leluhur di tengah tantangan globalisasi.
Bupati juga menekankan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, menghormati orang tua, menjaga alam, dan hidup selaras dengan sesama sebagai pilar harmoni sosial. Sebagai bentuk komitmen, Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong mendorong seluruh desa membentuk Lembaga Adat Desa. Lembaga ini diharapkan menjadi mitra strategis pemerintah desa dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai adat lokal, serta menjadi pilar kebijakan berbasis kearifan lokal.
Acara ini dihadiri oleh Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah Dapil Parigi Moutong, Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten Parigi Moutong, Forkopimda, pejabat tinggi pratama, serta unsur lembaga adat, tokoh masyarakat, pemuda, dan perempuan dari tiga kecamatan: Tomini, Mepanga, dan Ongka Malino. Sinergi antara pemerintah dan lembaga adat ini diharapkan terus menguat demi mewujudkan Parigi Moutong yang sejahtera, berkeadilan, dan bermartabat.